Selasa, 16 September 2008

Jurnal CSICI, No. 10/2007
Petro Strategy
Menuju Visi Indonesia 2030


“ Economies -- all economies -- run on energy. Energy is needed to produce food and manufacture goods, power machines and appliances, transport raw materials and finished products, and provide heat and light. The more energy available to a society, the better its prospects for sustained growth; when energy supplies dwindle, economies grind to a halt and the affected populations suffer.”
Thomas P. Bennet

Gambaran satu keluarga yang hidup dalam ketergantungan dari bahan baku minyak mentah(crude oil)

Ada dua kebutuhan manusia yang paling mendasar yang harus dipenuhi pada suatu negara demokratis atau tidak demokratis yakni : Food and Energy. Kedua aspek ini merupakan agenda kepentingan nasional daripada negara negara Industri. Indonesia yang terus menerus sedang mendapat sanjungan dari dunia luar merupakan negara yang demokratis sejajar seperti India, Amerika, Inggris, Australia,ternyata harus impor komoditi beras,jagung,kacang kedelai,garam,tepung,sapi,pupuk yang kuantitasnya semakin besar sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Seyogyanya, secara keseluruhan komoditi tersebut dapat ditanam,diternak dan diproduksi di dalam negri agar dapat menghemat devisa.Lantas bagaimana dengan kebutuhan energy Indonesia saat ini ?Impor minyak mentah dan BBM harus dilakukan karena kemampuan kapasitas refinery nasional sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negri. Ketika harga minyak mencapai US$ 78 per barel, Indonesia disebutkan menghadapi Krisis Energi. Antrian panjang untuk mendapatkan solar,premium dan minyak tanah terjadi berbagai kota.Tidak itu saja, pemadaman listrik, sempat terjadi juga disebagian kota bahkan diJakarta.Suplai dari negara2 pemasok mengalami hambatan dikarenakan adanya mekanisme keterlambatan pembayaran.Sampai memasuki Abad 21 ini,kehidupan manusia tidak akan bisa lepas dari ketergantungan bahan bakar fosil (Energi primer-non renewable energy).Energi fosil itu yakni : minyak mentah,gas alam , batu bara(BB),.Sifat dari ketiga bahan bakar tersebut dikatagorikan bahan bakar cair untuk minyak mentah (liquid) ,bahan bakar Gas untuk Gas alam (gas) dan bahan bakar padat untuk batubara, (solid),.Ketiga jenis fossil fuel ini mempunyai nilai kalori (heating value) dengan berbagai macam tingkatannya yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan pembakaran.

Pada gambar 1 terlihat dengan jelas produk yang dihasilkan dari breakdown satu barel minyak setelah melalui proses refinery.



Bagi minyak mentah jika sudah masuk ke rifenery ada rule of thumb untuk pemanfaatannya, yakni 60% menghasilkan produk yang digunakan untuk transportasi, udara,laut dan darat,baik itu untuk kebutuhan sipil atau militer. 25 % digunakan untuk pembangkit listrik dan sisanya yang 15% menghasilkan berbagai macam produk seperti minyak pelumas,aspal dlsb.Pemanfaatan gas alam dapat digunakan sebagai feedstock dan dapat juga dikonversikan untuk bahan bakar,BBG. Berbagai macam produk yang dihasilkan dari gas alam setelah melalui petrochemical plant al pupuk,methanol,syntetic fuel,ammonia,acethelyne,ethilyne,propelin dan sederetan derivatif lainnya seperti yang diuarikan pada gambar no 2 .




Bila digunakan untuk bahan bakar,kebanyakan digunakan untuk transportasi darat. Penggunaan BBG agak sedikit complicated dibandingkan yang dihasilkan dari BBM.Sedangkan pemanfaatan BB sebagai besar digunakan untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik, pabrik semen atau industri baja.Bisa juga diolah menjadi briket untuk digunakan memasak,akan tetapi tidak senyaman penggunaannya dibandingkan dengan minyak tanah atau elpiji.Darisini tampak terlihat sangat jelas sekali bahwa lagi2 bahan bakar cair jauh lebih convinience dan eficien.Dan faktor inilah yang menjadikan minyak terus menerus menjadi komoditi sangat strategis. Ada dua lembaga penelitian terkemuka di dunia, yang telah mengkaji korelasi antara harga minyak dengan pengembangan bahan bakar alternatif lainnya seperti gas alam,batubara,biofuel,. salah satunya dari Cambridge Energy Research Institute, yang mengungkapkan bahwa untuk extract minyak bumi kepermukaan dengan harga US$ 20 per barel sudah ekonomis, ladang gas juga dapat dikembangkan.Sedangkan coal to liquid, gas to liquid dan tar sand dapat dikembangkan dengan kondisi harga minyak yang harus berada di atas US$ 40 per barel. Shale oil yang cadangannya sangat melimpah di Canada,dan Amerika dapat dikembangkan kalau harga minyak US$ 50 per barel.Sedangkan untuk ethanol dan biodiesel harga minyak harus berada diatas US$60 perbarel. Harga minyak mentah sangat fluktuatif.tergantung dari 2 faktor suhu yang mempengaruhi :

  1. Suhu udara atau iklim dinegara Barat,terutama Amerika dan
  2. suhu geopolitik pada negara negara produsen minyak diTimur Tengah, Afrika dan Asia Tengah .

Amerika yang mengkonsumsi energi fosil sebanyak 22 juta bph ,60% didapatkan dari impor. Produksi dalam negerinya hanya 8,5 juta bph.Untuk mengantisipasi adanya gangguan suplai dari negara produsen,dirancang Strategic Petroleum Reserved yang mencapai 700 juta barel minyak mentah. Amerika,negara yang paling demokratis, menyatakan dirinya sebagai negara net oil importer sejak tahun 1941,padahal cadangan terbukti (P1) minyaknya 21,4 miliar dan BB di Amerika diestimasi mencapai 500 miliar ton,sedangkan shale oil setara dengan 1 triliun barel. Kenapa Amerika mendklarasikan sebagai net oil importer ? Maksud dan tujuannya tidak lain untuk merancang grand strategy yang harus dihadapi dimasa mendatang dikarenakan faktor ketergantungan (dependency) suplai dari negara produksi, terutama dari negara negara yang mayoritas penduduknya beragama islam di kawasan Heartland.Kawasan ini merupakan tempatnya dua pertiga cadangan minyak dunia Sejak Amerika diembargo oleh negara negara OPEC di Timur Tengah tahun 1973,menjadikan aspek minyak agenda kepentingan nasional.Seluruh pejabat pemerintah Amerika,apakah dari partai Demokrat atau Republik beranggapan bahwa :


“ Oil is high profile stuff ,oil is fuels militer power,national treasuries,and international politics.It is no longer a commodity to be bought and sold within the confines of traditional energy supply and demand balances.Rather, it has been transformed into a determinant of well being,of national security and of international power “

Hal yang hampir sama, dimana tidak jauh berbeda dengan negara China,(semi demokratis,) dengan P1=18.3 miliar, dimana selagi kapasitas produksi nasional menghasilkan sebesar 3,5 juta bph, akan tetapi sejak tahun 1993, China sudah mendeklarasikan negaranya sebagai net oil importer,.Dan pada saat yang bersamaan China merancang Energy Security.Sekarang ini China dengan penduduk 1,2 miliar orang mengkonsumsi energi fosil mendekati 7 juta bph.China juga menempatkan minyak sebagai agenda kepentingan nasional,Begitu hausnya China atas minyak untuk menunjang/menjalankan roda ekonominya,beberapa petinggi parpol mengatakan ;

Anyone who helps China with energy is a friend.Human rights ? we dont care,we care about oil. Konsumsi untuk BB mencapai 2,2 miliar ton per tahun. P1 China untuk BB mencapai 1 triliun ton.
Data P1 minyak mentah Indonesia diindikasikan sebesar 5 miliar barel ,produksinya setiap hari mendekati 1 juta barel. Kapasitas max refinery di Indonesia 1 juta barel,dengan running capacity 90%.

Jadi outputnya minimal menghasilkan 900 ribu bph dengan berbagai macam jenis BBM yang semata mata untuk dikonsumsikan di dalam negeri. Yang menjadi pertanyaan berapa total konsumsi didalam negeri untuk digunakan transportasi, dan pembangkit listrik ? Sampai sekarang data resmi dari pemerintah atas konsumsi energi setiap harinya belum ada. Dengan mengutip hasil wawancara anggota polisi lalu lintas di salah satu media elektronik, mengatakan bahwa jumlah kendaraan di Indonesia terdaftar 50 juta unit. Bila dibuat suatu skenario pesismis penggunaan rata2 dua liter BBM setiap kendaran, sama artinya mengkonsumsi 100 juta liter/hari yang setara dengan 628930 bph atau 70% dari kemampuan kapasitas refinery nasional.

Bagaimana bila di total dengan kebutuhan militer dan nonmiliter untuk kegiatan dilaut maupun udara ? Melihat begitu besarnya kebutuhan dalam negeri dan kemampuan nasional sekarang ini tidak dapat dipenuhi,maka pemerintah harus melakukan impor setiap hari sekitar 500 ribu bph berbagai ragam BBM. Devisa yang keluar setiap hari berkisar US$ 30 juta per hari(baca :oilbills) pada harga minyak US$ 60 per barel. Ditambah lagi dengan crudeoil yang diproses di refinery dalam negri sebesar 500 ribu bph,menjadikan nilai devisa untuk membayar oilbill berkisar US$60 juta per hari. Lantas bagaimana kalau harga minyak mencapai US$ 70, US$80,US $ 90,US$100 per barel ?. Impor minyak mentah dan BBM untuk Indonesia didatangkan lebih dari 10 negara. Dapatkah impor ini distop agar dapat menghemat devisa ? Tentunya dapat saja,bahkan kalau ada skenario, sampai terjadi distop,otomatis harga minyak dunia dapat turun dikarenakan akan terjadi oversuplai di pasar internasional. Tetapi konsekuensinya Indonesia hanya dapat berjalan secara normal selama 22 hari , disesuaikan dengan kondisi cadangan stok nasional BBM.

Lantas apa yang terjadi setelah impor di stop pada hari ke 23 ? 50 % dari populasi alat transportasi di Indonesia tidak dapat berjalan/bergerak. Begitu juga dengan 50% kendaraan TNI/Polisi yang ada, seperti Kapal patroli angkatan laut,panser,tank, pesawat tempur,motor/mobil patroli, Disini juga menandakan bahwa pada hari ke 23 sudah tidak ada lagi pertumbuhan ekonomi.Fenomena ini juga sejalan dengan para ahli strategis dari negara2 industri yang selalu berpedoman bahwa :


“ Energy is the lifeblood of the world economy. Cut off the flow of energy and the economy will die.Cadangan Minyak IndonesiaDalam menelusuri hal status cadangan terbukti (proven reserved) sumber energi,khususnya minyak mentah diIndonesia ternyata didapatkan suatu kejanggalan dimana selalu disebutkan oleh berbagai tokoh terkemuka di pemerintahan diberbagai forum dengan menyatakan bahwa cadangan minyak akan habis dalam jangka waktu 18 tahun. Pernyataan itu dikutip dari berbagai narasumber dalam rentang waktu tahun yang berbeda beda.Jadi jangka waktu 18 tahun seolah olah merupakan patokan waktu akan habisnya cadangan minyak di Indonesia.Bahkan ada beberapa pernyatan yang sudah tidak lagi bisa membedakan antara terbukti (proven) dan potensi (probable). Sebagaimana kita ketahui bahwa angka cadangan minyak mentah yang resmi dari pemerintah merupakan barometer untuk mengambil langkah langkah strategis kedepan dan juga merupakan suatu landasan ketahanan nasional yang sangat fundamental bagi suatu negara.Sesuai dengan sifatnya minyak mentah (non renewable) tentunya cadangan yang terbukti itu akan mengalami penurunan produksi sejalan dengan waktu . Sesuai dengan ketersediannya data, pernyataan patokan cadangan minyak yang dinyatakan dalam waktu 18 tahun itu dimulai pada tahun 1988 dan dapat diuraikan dibawah ini sbb :

  1. Pada tanggal 9-10 Agustus,1988 ,Dalam Lokakarya Energi-World Energy Conference,salah satu pembawa makalah Dr. Ing Negah Suja -Kepala Divisi Perencanaan Sisitem PLN, dengan judul “ Peranan Batubara dan Gas Alam bagi pembangkit tenaga Listrik di Indonesia “ mengatakan bahwa cadangan minyak yang telah terbukti akan habis terpakai dalam 18 tahun.
  2. 12 tahun kemudian,Pada tanggal 11 September,2000, di harian Kompas,diberitakan bahwa Direktur Jenderal (Dirjen) Migas Departemen Pertambangan dan Energi, Rachmat Sudibyo mengatakan jika masyarakat tidak bisa menekan angka pemakaian minyak bumi, diperkirakan dalam waktu tujuh tahun cadangan minyak Indonesia akan habis. Bahkan, dalam waktu lima tahun Indonesia akan menjadi pengimpor neto (net importer) minyak bumi. "Cadangan minyak pasti kita hanya 4,8 milyar barrel. Sementara, setiap tahun Indonesia memproduksi 550 juta barel atau sekitar empat-lima persen," .Sebenarnya cadangan minyak Indonesia diperkirakan 9,5 milyar barrel. Namun, cadangan pasti hanyalah 4,8 milyar barrel. "Sisanya, cadangan probable dan possible. Artinya, diduga ada cadangan minyak, namun harus dibuktikan dengan pengeboran," jelas Rachmat.2.) 16 Tahun kemudian, , Di harian KOMPAS, 27 January,2004 Kepala BP HULU MIGAS Rachmat Sudibyo di Pekanbaru menyampaikan bahwa Cadangan minyak Indonesia cukup untuk kebutuhan selama 18 tahun. Cadangan minyak Indonesia 9 milyar.
  3. 17 tahun kemudian, tanggal 24 Maret,2005 Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas, Dedi M Masykur Riyadi dalam diskusi kebijakan kenaikan harga BBM di Gedung Depkeu, Jakarta, mengatakan Cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis. Indonesia diperkirakan hanya memiliki sekitar 9 miliar barel. Dengan tingkat produksi 500 juta barel per tahun cadangan ini akan habis dalam 18 tahun mendatang.
  4. Tanggal 26 September,2005 , Koordinator Staf Ahli ESDM, Hikman Manaf di Pekanbaru, mengatakan : “ dari segi suplai energi fosil khususnya minyak bumi semakin terbatas dan akan habis, padahal tingkat kebutuhan dan ketergantungan masyarakat masih sangat tinggi, Karena itu, jika tidak ada pembaruan dalam bidang teknologi saat ini, cadangan minyak bumi Indonesia hanya tinggal 18 tahun mendatang,"
  5. Pada tanggal 25 October,2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Jambi yang juga didampingi Ny Ani Bambang Yudhoyono, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yoesgiantoro, Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin dan dihadiri beberapa Duta Besar negara sahabat, mengemukakan ; “ Krisis besar Energi akan terjadi jika masyarakat tidak melakukan efisiensi penggunaan energi dan BBM, karena cadangan minyak Indonesia diperkirakan tinggal 18 tahun lagi, sedangkan untuk cadangan gas tinggal 16 tahun lagi dan cadangan batubara 100 tahun lagi.
  6. Dalam acara membuka gelar Teknologi Tepat Guna Nasional VII di Palembang dikatakan : “ pada beberapa pertemuan,Presiden Susilo Bambang Yudoyono selalu mengutip hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tentang kondisi energi negeri ini. Menurut kalkulasi departemen itu, jika tidak ada eksplorasi baru, cadangan minyak Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun. Sementara cadangan gas tersisa 60 tahun dan batu bara 150 tahun. Penggunaan energi akan terus bertambah. Kita harus menyiapkan energi untuk 10 tahun mendatang bagi 250 juta bahkan 300 juta orang,".
  7. Pada tanggal 27 Oktober,2005. President Indonesian Association of Geologists, Andang Bachtiar saat menjadi pembicara di acara ''One Day Short Course of Geologists'' di Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, cadangan minyak Indonesia semakin menipis. Menurut perhitungan, cadangan minyak akan habis digunakan selama 18 tahun kedepan. Cadangan minyak yang tersimpan saat ini diperkirakan mencapai 9 miliar barel. Sedangkan produksi minyak tiap hari mencapai 1,1 juta barel. Menurutnya, total cadangan minyak yang mencapai 9 miliar barel itu berada di 66 cekungan. Tetapi, baru 16 cekungan saja yang digarap secara optimal. Separuh cadangan minyak itu berada di Riau, Kalimantan, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
  8. 18 tahun kemudian, pada tanggal April 2006.Menneg PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Makalah Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi ; “ Krisis cadangan energi di Indonesia terutama diakibatkan oleh tingginya pertumbuhan konsumsi BBM di satu sisi, dan di sisi lain semakin berkurangnya cadangan BBM, yang ditunjukkan oleh semakin menurunnya rasio cadangan terhadap produksi. Dengan tingkat produksi minyak bumi sebesar 500 juta barel per tahun, dan cadangan terbukti sebesar 9 miliar barel, maka cadangan minyak akan habis dalam waktu 18 tahun.”
  9. Pada majalah Busineesweek,wawancara PROF.Dr. SUBROTO, Mantan Menteri Pertambangan dan Sekretaris Jendral OPEC,pada judul berita ASING BISA EKSPLORASI BESAR_BESARAN.hal 12 menjawab pertanyaan wartawan dengan mengatakan : Cadangan minyak kira kira tinggal 18 tahun.Gas kira kira masih cukup untuk 40 tahun dan batu bara masih 100 tahun.
  10. LEMHANAS (situs net) EXECUTIVE SUMMARY - SUMBER ENERGI ALTERNATIF MENUJU KETAHANAN ENERGI NASIONAL (Kedeputian Bidang Kajian Lemhannas RI), 2006 . “ Cadangan minyak bumi terbukti saat ini diperkirakan sebesar 9 milyar barel, dengan tingkat produksi rata-rata 0,5 milyar barrel per tahun, maka cadangan tersebut dapat habis dalam waktu sekitar 18 tahun.
  11. 23 Februari 2006. Ratna Ariyati, Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,. workshop bagi media cetak dan elektronik mengenai "Etanol Jagung sebagai Sumber Energi Alternatif" dikatakan Pemerintah tetap mendorong pemanfaatan sumber energi alternatif. Dikarenakan cadangan minyak pasti Indonesia hanya 4,8 miliar barrel. Sementara setiap tahun Indonesia memproduksi 550 juta barrel. Jika masyarakat tidak dapat menekan pemakaian minyak bumi, diperkirakan dalam waktu 7 (tujuh) tahun cadangan minyak akan habis. Bahkan dalam waktu 5 (lima) tahun Indonesia bisa menjadi pengimpor neto (net importer) minyak bumi.
  12. November 2002, Suseno , Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor; dengan judul Membangun Sektor Kelautan dan Perikanan Tangguh Indonesia : A Prime Mover Sector Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)Prof Dr John Haluan Dikutip “ Menurut Deputi Bidang Pengembangan Kekayaan Alam, BPPT dari 60 cekungan minyak yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11 baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara minyak, namun baru 16,7 milyar barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 milyar barel diantaranya sudah dieksploitasi. Sedangkan sisanya sebesar 89,5 milyar barel berupa kekayaan yang belum terjamah. Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 milyar barel terkandung di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 milyar barel terdapat di laut dalam. “
  13. 19 tahun kemudian, Pada tanggal 26 Maret, 2007 Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudono, M.S. guru besar Fakultas Teknik Undip Semarang mengatakan Indonesia saat ini memang masih menjadi anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC), namun secara riil sudah menjadi pengimpor, karena produksinya lebih sedikit dibandingkan kebutuhannya. "Produksi minyak Indonesia kini sekitar satu juta barel per hari, tetapi kebutuhannya mencapai 1,3 juta barel sehingga kekurangan 300.000 barel harus dipenuhi dari impor, cadangan minyak Indonesia tinggal sekitar 0,5 persen dari cadangan minyak dunia, sedangkan cadangan gas sekitar 1,7 persen dari cadangan dunia. Diperkirakan 18 tahun yang akan datang minyak akan habis dan 50 tahun kemudian cadangan gas habis juga bila tidak ditemukan sumber baru.
  14. Pada awal tahun 2007,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pesan melalui berapa media elektronik yang disponsori oleh suatu yayasan, untuk menggalakkan penggunaan bahan bahan bakar nabati dan juga untuk melakukan hemat energi karena cadangan minyak kita akan habis 18 tahun lagi.(Tayangan ini akhirnya direkomendasikan oleh penulis untuk diberhentikan karena dianggap sangat “misleading” dengan dasar pertimbangan kronologis yang telah diuraikan diatas tersebut).

Oil Reserve Uncertainties

Dari uraian data diatas tersebut tercermin bahwa Indonesia masih belum mempunyai keseragaman pandangan atas potensi cadangan energinya. Masih terdapat kesimpangsiuran atas pemahaman cadangan energi yang dapat diandalkan. Klasifikasi atas cadangan minyak dan gas dari suatucekungan berupa P1 merupakan cadangan terbukti, ( 90% = minyak dapat diproduksi vs 10%), P2 cadangan probable P2 (50% vs50%) dan P3 cadangan potensial (10% vs 90%).

Penyampaian pesan dengan mengatakan bahwa minyak itu akan habis merupakan persepsi yang sangat keliru. Begitu juga dengan status Negara atas kebutuhan dalam negrinya, apakah posisi Indonesia itu masih net oil exporter ataupun net oil importer. Ada sebagaian kalangan yang mengatakan bahwa Indonesia masih tetap sebagai anggota OPEC dengan pertimbangan karena kemampuan produksi gas alam dan batubara (?) bila disetarakan dengan produksi minyak dalam negeri setara dengan 4,5 juta barel per hari,berarti akan jauh dapat melampui kebutuhan konsumsi minyak dalam negri dan masih mempunyai kemampuan untuk membeli minyak dalam volume yang sebesar apapun sekalipun. Kalau memang kondisi itu dipakai sebagai justifikasinya ,lantas akan timbul suatu pertanyaan kenapa pemerintah menaikan harga BBM sampai lebih dari 100% pada tahun 2005 ?. Mengapa masih terdapatnya gangguan suplai di berbagai daerah dikarenakan kekurangan pasokan,bahkan pemadaman listrik di Kalimantan Timur masih terus berjalan sampai detik ini.? Seperti diketahui bersama, semua anggota OPEC memberikan subsidi yang sangat signifikan diberbagai sektor . Menurut para ahli geologis terkemuka di dunia bahwa cadangan minyak dunia telah mencapai peak production ,pada dekade 80 an. Alasan pernyataan itu disebabkan karena sudah tidak ada lagi temuan temuan cadangan minyak yang besar atau lebih dikenal dengan istilah elephant reservoir ,akan tetapi bukan habis minyaknya. Minyak tidak mungkin habis,yang menjadi persoalan itu semakin sulitnya ditemukan ladang minyak ,dikarenakan medannya semakin sulit untuk melakukan explorasi seperti laut dalam dan remote area ,sedangkan bila ditemukan,cadangannya tidak begitu besar,meskipun masih ekonomis. Untuk itu tidak salahnya bila mengutip pandangan Anthony H. Cordsmen yang mengulas mengenai definisi cadangan minyak yang diberlakukan diberbagai Negara dengan mengatakan sbb :


Reserves are conservative estimates prepared by engineers and relate to the quantity of crude oil and natural gas in a reservoir currently available for production given realistic costs, time frames, and production techniques. Active Reserves are those extractable within 20 years or less. Inactive Reserves are those which are known to exist, but are not extractable within 20 years, usually due to inadequate technologies, such as the enhanced recovery techniques discussed herein earlier.Resources are geologists' optimistic estimates of undiscovered crude oil and natural gas theoretically present in an area. Resources do not necessarily reserves make.Governments, academics and journalists typically talk in terms of implied resources, and reinforce each others' inflated numbers through design or ignorance, while oil companies focus on the reality of bottom line reserves.Pernyataan diatas tersebut diperkuat lagi oleh Colin J. Campbell, sebagai petroleum consultant dengan mengatakan : The technical aspects of reserve estimation are not the main problem: it is in the reporting of them that difficulties arise. There are many vested interests involved, and it suits them to work in an environment of poor and non-standard definitions and to be free of audit. They can pretty much say what suits them." Governments, as usual, are the worst offenders. The bigger the reserves a country claims, the easier it is for them to arrange international lines of credit, float bond issues .


Bila mengulas pernyataan dari kedua ahli analis cadangan minyak diatas tersebut, terdapat perbedaan pandangan antara angka cadangan minyak yang disebutkan oleh pemerintah dan perusahaan minyak. Hal itu dapat dipahami mengingat dari pihak pemerintah mempunyai kecenderungan untuk menyebutkan angka cadangan potesial,sedangkan pihak perusahaan minyak berdasarkan cadangan terbukti yang mempunyai nilai ekonomis/komersial. Dengan harga minyak mentah berkisar antara US$ 60 per barel,untuk mengurangi ketergantungan atas energi fosil,alternative yang dapat dikembangkan yaitu bahan bakar nabati(BBN), dimana dapat diperoleh dari hasil penyulingan bahan baku kelapa sawit,jarak,jagung,singkong dll.Perlu ditekankan juga bahwa ternyata BBN ini tidak sepenuhnya dapat mensubtitusi atas BBM. Minimal hanya dapat mengurangi konsumsi,dan itupun masih dalam rasio yang sangat rendah.Sebagai contoh,dengan bahan bakar yang sekarang beredar di pasaran berupa biosolar dimana untuk menghasilkan 10 liter, komposisinya sekitar 0.5 liter nabati dan 9.5 liter fosil. Jadi terlihat dengan sangat jelas sekali bahwa energi fosil masih mempunyai peran sangat sentral dan strategis. Ditengah tengah Indonesia sebagai pengekspor LNG,ternyata di dalam negri mengalami deficit.dan pengertiannya untuk menutup deficit itu,berarti juga harus impor.Tidak jauh berbeda dengan kondisi LPG,yang harus impor juga. Sederetan kebutuhan primer yang harus diimpor ini dikemudian hari akan meredusir ketahanan ekonomi Indonesia.Adanya Ketetapan MPR No VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia 2020 dengan pencanangan untuk kemajuan di segala bidang bagi rakyat Indonesia dan juga adanya gagasan visi Indonesia 2030 untuk menuju kemakmuran, Energi Security mempunyai peran strategis unutk dapat mencapai tujuan tersebut. Kedua visi tersebut akan dapat tercapai hanya bila Indonesia ditunjang dengan adanya jaminan suplai energi yang dapat diandalkan. Kemajuan ataupun kemakmuran itu artinya mentargetkan pertumbuhan ekonomi minimal 5 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan itu, diprojeksikan tingkat konsumsi energi dalam negri pada tahun 2020 telah mencapai sekitar 4 juta bph,sedangkan kemampuan produksi nasional Indonesia pada tahun itu tinggal 600 ribu bph.Untuk menghindar terjadinya stagnan atas pertumbuhan ekonomi, Indonesia harus impor sekitar 3,4 juta bph. Akan menjadi suatu pertanyaan berapa harga minyak pada tahun 2020,begitu juga pada tahunu 2030 dan bagaimana strategi Indonesia untuk menangani Energy Security ? Bila Energy Security tidak dirancang untuk menghadapi tahun tahun mendatang,sepertinya Indonesia akan menghadapi kesulitan untuk memenuhi harapan Tap MPR No. VII tahun 2001 yang pesannya menuju Indonesia adil ,sejahtera,makmur dan mandiri.Memepelajari uraian diatas,tidak ada salahnya kalau Indonesia mencermati pandangan Manmohan Singh sebagai Perdana Mentri India yang merasakan sudah jauh tertinggal dalam merancang Energy Security. India saat ini harus impor minyak 1,5 juta barel per hari. “ New Delhi would have to accelerate its efforts in this area. "I find China ahead of us in planning for the future in the field of energy security, We can no longer be complacent and must learn to think strategically, to think ahead, and to act swiftly and decisively."

Tidak ada komentar: